Kuliah bukan seperti FTV



Jalan hidup saya di bangku perkuliahan ini tidak semulus kepala botak mahasiswa baru itu. Meski baru menapaki semester 2 sih. Keadaan nya sudah kayak lalu lintas di pusat kota,  macet. Kalian pasti pernah ke jakarta kan? Pernah terjebak macet di jalan tol daerah pusat ibukota itu? Kalau belum pernah kamu harus cobain ya. Pusing. Panik. Gak karuan lah.
Jakarta itu macet total, padat merayap, sama seperti kuliah saya. Semester 2. Di tingkat ini, otak saya macet dan padat merayap, otak saya berjuang mati-matian buat menerobos lampu merah yang ada didepan. Salip kanan, salip kiri, cuma buat nyampe cepat ke tujuan akhir. Wisuda.
Saya selalu menganalogikan kehidupan ini sama seperti kita dijalanan. Berangkat pagi-pagi buta dengan harapan di jalan yang nanti kita lewatin  bebas dari kemacetan, tapi siapa sangka kalau ditengah jalan nanti ternyata lalu lintas yang saya lewatin tidak seperti yang diharapkan. Bagi saya itu wajar. Untuk mendapatkan apa yang kita mau,  tidak semudah membalikkan telapak tangan. Semua pasti ada hambatan, sekalipun itu jalan tol yang katanya bebas hambatan dan bebas dari kemacetan.hehehe.
Terus harus menyerah? Tidak. Kita tetap harus berjuang untuk mencapai tujuan yang kita mau. Buat kekampus misalnya, kamu  harus hadapin itu kemacetan yang ada dijalan, jangan malah lari dan cari jalan lain buat cepat sampe ke tempat tujuan.Memang itu lebih mudah, tapi kalau kamu sadar, jalan lain itu mungkin aja berputar-putar disitu aja, celakanya kalau jalan itu malah bikin kalian nyasar. Bukan ketempat tujuan semula tapi malah ketempat lain yang lebih parah dari jalan semula, biasanya dialami mahasiswa baru nih.
Di setiap jalan pasti ada persimpangan, sama seperti memilih jurusan.Nah ini penyakitnya lain lagi. Pilihan jurusannya banyak kan? Karena itu kamu harus bisa pintar-pintar memilih jalan mana yang  akan kalian inginkan.
Yakinkan dalam hati kalian kalau tujuan itu pasti akan tercapai, entah lewat jalan yang mana. Yang pasti kalian harus punya Maps  atau GPS super canggih buat menentukan  ini. Jangan tergoda sama pilihan orang, jangan mau jadi follower tapi kalian harus jadi yg selalu di following orang-orang. Bahasa remaja modren zaman sekarang. Jangan mau jadi watcher tapi jadilah player. Sama seperti  dikelas, jangan mau dengerin dosen ceramah, tapi kamu yang harus ceramahin tuh dosen. Dalam tanda kutip ya sobatku.
Memang buat sampai ke tujuan yang kita mau itu tidak ada jalan pintas, tidak ada jalan memutar. Yang ada cuma jalan panjang yang harus kamu hadapin. Jalan yang benar itu tidak harus lurus-lurus aja, tapi jalan yang berbelok-belok dan bervariasi itu yang bakal bikin hidup kamu more interesting. Jangan pernah takut buat mengambil keputusan selama keputusan  itu bisa dipertanggung jawabkan, jadi jangan pernah ragu. Kalau nanti diujung jalan ketemu persimpangan, kamu  tidak akan ragu lagi buat memilih kemana jalan yang menurut kamu  bener.
Kalau memang sekarang sudah salah jalan terus gimana? Yaudah jalanin aja perjalanan itu, nikmatin aja sampai batas kesadaran hilang, nanti pasti bakal ada banyak petunjuk arah yang bisa kamu dapetkan, petunjuk itu bakal menuntun kemana arah kamu pergi karena disetiap persimpangan jalan pasti didepan nya bakal ada persimpangan-persimpangan yang lainnya. Nah disitu kamu bisa pake petunjuk arah itu.

So, menurut saya ya nikmatin aja setiap kilometer dan setiap persimpangan yang sudah kamu tempuh dan akan kamu tempuh, karena mungkin kamu  tidak bisa balik lagi ke belakang karena jalan kehidupan itu cuma satu arah bukan dua arah. Jalan terus kedepan, jadikan kilometer yang sudah kamu lewatkan sebagai pelajaran untuk hidup yang lebih mapan dimasa yang akan datang. Be your self. Fighting.

Padang,05 Februari 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

40 Hari di Nagari Penuh Mitos

Resep dan Cara Membuat Dendeng Balado Basah yang Dipadukan Sambal Lado Merah

Mitos Alis Menyatu