Leader Syndrome, Kebiasaan Buruk Pemimpin Masa Kini
Seseorang nan terkena
"Leader Syndrome" bagi saya adalah seseorang yang menjadi sosok
menyebalkan, mengganggu, egois, dan sebagainya. Hal ini saya temukan ketika
menduduki bangku perguruan tinggi.
Dalam berbagai teori,
karakteristik kepemimpinan seseorang dapat dikategorikan macam-macam. Bagi nan
pernah atau sedang mempelajari ilmu-ilmu sosial, tentu hal ini bukan barang
baru. Bagi seseorang nan awam akan istilah-istilah macam itu, mungkin hanya
akan menyebutkannya dengan sifat-sifat eksklusif nan ada pada diri manusia.
Saya pernah menemukan
sosok-sosok pemimpin nan secara kasat mata sangat ideal sekali bagi saya.
Mereka sangat komunikatif, terbuka dlm menerima kritikan, tahu bagaimana cara
menyemangati anak buah nan sedang ‘loyo’, cakap dalam memimpin organisasi, dan
lain-lain. Sesuatu nan sepertinya didambakan seseorang dari sosok seorang
pemimpin. Tetapi, pada akhirnya, ada satu-dua hal nan menyadarkan aku bahwa
mereka hanyalah seorang manusia saja. Yang cacatnya niscaya ada, dan stigma itu
seolah baru akan menyadarkan setiap orang nan mengenalnya bahwa seorang
pemimpin siapapun dia tak akan pernah menjadi seorang malaikat. Manusia
hanyalah manusia nan memiliki sisi jelek dan baik.
Dan saat ini, aku menemukan
sosok pemimpin nan dapat dibilang di luar dari bayangan ideal seorang pemimpin
bagi diri saya. Ia tak suka dikritik, jika diberi masukan maka jawabannya
sangat pedas, tak pandai memperhatikan kebutuhan anggotanya, sulit
berkoordinasi dengan nan lain, sombong dalam berbicara, dan otoriter dalam
memberikan perintah. Ia secara implisit dan tersurat sering menyatakan:
"Jika ada aku semua beres."
Dua tipikal pemimpin nan sangat
berbeda memang. Masing-masing niscaya ada lebih dan kurangnya. Saya hanya
berpikir ulang, bahwa mungkin sindroma macam ini tak akan menimpa orang-orang
nan berkepribadian lebih baik dari contoh pemimpin nan kedua nan aku paparkan
di atas. Seseorang nan matang dlm kepribadian, memiliki ketulusan hati,
kerendahan hati, tak arogan dan menyadari bahwa menjadi bagian dari orang-orang
nan memegang tampuk kepemimpinan seharusnya menjadi nan paling pertama
merendahkan diri di hadapan Allah sebab tanggung jawab nan begitu besar.
Menjadi nan paling bersabar dan bersahabat di antara manusia sebab mereka ialah
bagian dari tanggung jawabnya, kebaikan dan keburukan nan terjadi pada
anggota-anggotanya ialah juga harus ia pedulikan, dan menjadi nan paling
bersyukur apabila ada nan mengkritiknya karena manusia selalu harus mengkoreksi
diri dan memperbaiki.
Komentar
Posting Komentar