Palito Nyalo, Wadah Seni Kota Padang


Di era globalisasi ini kata musik merupakan kata yang sudah tidak asing lagi bagi kita ,baik di kota besar,maupun didesa-desa, remaja, dewasa,golongan tua, muda, anak–anak mengenal apa itu musik, bukan hanya sebagai hiburan semata tetapi musik dapat juga megekspresikan pendapat serta merupakan sarana untuk pendidikan. Selain itu, musik juga merupakan kekuatan kebudayaan. Namun pada saat sekarang ini , musik yang berkembang kebanyakan musik populer. Seni musik tradisional sudah terbelakangkan.

Mengkaji sesuatu yang berkaitan dengan hal tradisi alangkah baiknya menggunakan bahasa dimana tradisi daerah tersebut lahir. Karena jika tidak menggunakan bahasa daerah itu sendiri akan sulit mencari padanan katanya dalam bahasa Indonesia.

Grup Palito Nyalo terdiri dari dua kata yaitu Palito dan Nyalo. Palito itu dalam bahasa Indonesia sama artinya dengan Pelita. “Palito Nyalo di bahasa Indonesiakan menjadi pelita yang bernyala. Dalam bahasa minangnya yaitu “Dama nan iduik”. Dama nan iduik akan memberikan sinar cahaya. Ia menjadi inti dan pusat cahaya. Ia akan memberikan cahaya kepada yang disekitarnya yang mampu ia jangkau,” ungkap salah seorang pelaku seni grup Palito Nyalo.

Grup Palito Nyalo lahir pada tahun 1989. Pendiri dari grup Palito Nyalo bernama Jamaluddin Umar. Ia bergelar Rajo Kuaso. Selain itu, sejak berdirinya grup palito nyalo diprakarsai oleh beberapa orang. Salah satu intinya adalah Rajo kuaso. Selai itu, Palito Nyalo diketuai oleh Dasrul, S.S, Msi.

Grup Palito Nyalo masih berkembang sampai sekarang. Saat ini telah berumur 25 tahun. Grup palito nyalo tidak pernah mati baik dikalangan mereka itu sendiri maupun dari kalangan masyarakat sekitar. Maju mundur itu dalam sebuah tradisi itu hal yang biasa, itu membuktikan kekuatan kita dalam melestarikan budaya.

Visi atau hal yang mendasar dari grup palito Nyalo yaitu menggali dan menumbuh kembangkan seni tradisi Minangkabau. Terbukti dengan terlestarikannya bentuk kesenian seperti :
1.      Randai
2.      Silek
3.      Tari Tradisional
4.      Musik Tradisional
5.      Alur Pasambahan

Bukan hanya sebagai wadah pengembangan diri saja, Palito nyalo sudah tampil di beberapa tempat. Di seluruh daerah Sumatera barat telah dijejakinya kecuali mentawai. Lalu di bagian pulau Sumatera hanya Aceh yang belum dijejakinya. Kemudian juga pernah tampil di negeri seberang yaitu Malaka.  Pernah juga ke Hawai, cuma hanya mengirim perwakilan untuk mengajar randai di Universitas Hawaii. Itulah bukti dari proffesionalitas pemain yang bergelut dalam randai.

Kemudian, motivasi terbesar Palito Nyali tergantung kepada kita sebagai generasi muda, apakah kita masih cinta dengan kebudayaan kita sendiri. Jika kita mencintai budaya kita, maka kita kembali melestarikan apa yang kita punya. Kata-kata motivasi yang harus ditanamkan “kita punya tradisi, kita punya kebudayaan, jika belum paham dan kita harus mempelajarinya,” tutup salah seorang pelaku seni grup Palito Nyalo. (Rizka)







Komentar

Postingan populer dari blog ini

40 Hari di Nagari Penuh Mitos

Resep dan Cara Membuat Dendeng Balado Basah yang Dipadukan Sambal Lado Merah

Mitos Alis Menyatu